Kamis, 16 Agustus 2012

Tradisi Khotimul Qur'an di Desa Tursino

Tradisi Khotimul Qur'an di Desa Tursino

Tradisi Khotimul Qur'an di Desa Tursino
Siswa Dikirab Menggunakan Kuda Balap ATRAKSI: Salah satu kuda balap yang ditunggangi seorang siswa yang sudah khatam Al-Qur'an mempertunjukkan atraksi pada kirab Khotimul Qur'an di Desa Tursino, Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, Minggu (15/4) (foto: SM CyberNews/nur kholiq/Cn07) Purworejo, CyberNews. Tak seperti biasanya, dari pagi jalan di Desa Tursino, Kecamatan Kutoarjo, Purworejo, Minggu (15/4), sudah ramai lalu lalang masyarakat yang mengenakan busana muslim.
Suara tetabuhan terbang dan jidur saling bersahut dengan ringikan kuda. Gegap gempita suasana semakin terlihat hingar bingar oleh pembacaan shalawat nabi dari pengeras suara di masjid desa. Suasana nuansa religi begitu terasa.
Ya, di desa berpenduduk sekitar 2.100 jiwa dengan jumlah KK 500 KK, dan luas wilayah 273 hektare lebih ini sedang digelar acara pengajian maulid nabi dan Khotimul Qur'an. Ada yang unik di balik pagelaran pengajian tersebut. Keunikan itu bahkan sudah menjadi tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang warga desa setempat.
Dalam pengajian kali ini, ada 19 anak (siswa pengajian) yang sudah khatam belajar Al-Qur'an. 16 di antaranya anak perempuan dan sisanya anak laki-laki. Rata-rata baru berumur 10 sampai 11 tahun.
Lantas apa yang unik? Siswa-siswa yang sudah khatam Al-Qur'an itu diperlakukan sangat istimewa. Mereka didandani dengan pakaian yang serba mewah bak seorang raja dan putri. Uniknya, mereka dikirab keliling desa dengan menunggangi kuda.  Hari  ini benar-benar menjadi hari mereka.
Tidak tanggung-tanggung, kuda yang disewa bukan sekedar kuda biasa penarik andong. Namun harus kuda balap yang harga sewanya mencapai jutaan. Kuda-kuda tersebut juga harus mampu mempertunjukkan atraksi-atraksi yang menguji andrenalin penunggangnya.
"Ini adalah bentuk penghargaan kita terhadap anak-anak yang sudah tekun belajar Al-Qur’an hingga khatam. Juga untuk memotivasi siswa lainnya agar bisa cepat khatam," jelas Ketua Panitia Kyai Nasruddin.
Mengambil start dari halaman masjid Baitul Muhtadin, ke 19 siswa tersebut dikirab sejauh 5 KM melalui jalan Desa Tursino-Wirun-Karangrejo. Dengan diiringi dua grup drumband, satu kelompok kesenian barongsai, dan 9 rombongan kesenian rebana, kirab tersebut terlihat semakin ramai.
Di belakangnya, ribuan masyarakat mengiringi dengan berjalan kaki maupun mengendarai sepeda motor. Properti berupa hiasan padi-padi yang terbuat dari kertas hias terlihat gemerlapan dan menjadi rebutan para pengiring.
Menurut Kyai Nasruddin, biaya yang dikeluarkan orangtua setiap siswa bisa mencapai Rp 4 juta. Yang paling mahal adalah biaya menyewa kuda balap. "Berapa pun harganya akan dibayar asalkan anaknya senang dengan kuda itu. Ada yang sampai Rp 2 juta," jelasnya.
Di balik itu semua, terlihat adanya adu gengsi antarorangtua siswa. Khususnya dalam menyewa kuda. Untuk memuaskan gengsinya, tidak jarang didatangkan kuda balap dari luar daerah yang harga sewanya sangat mahal.
Dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri, pengajian maulud nabi dan Khotimul Qur'an di desa ini jauh lebih ramai. Bahkan penduduk di perantauan dipastikan akan pulang kampung kalau familinya ada yang ikut khataman.
"Kalau Idul Fitri uang Rp 1 sampai 2 juta sudah cukup. Kalau Khotimul Qur'an minimal Rp 4 juta,"ata Kyai Nasruddin.
Meski sering dibilang pemborosan, namun masyarakat Desa Tursino bertekad akan tetap melestarikan tradisi tersebut. Apalagi tradisi itu merupakan kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang

1 komentar: